Menyiapkan Generasi Tangguh Lewat Pengasuhan Anak Sejak Dini

no image - 2013-03-17 13:32:01
no image
 

Pengasuhan anak merupakan hal yang sangat penting. Kita sebagai orang tua tentunya ingin anak kita maju lebih baik dari kita di kemudian hari.  Pengasuhan atau sering di sebut pola asuh menjadi hal yang kadangkala sulit kita pahami. Apalagi ukuran pola asuh antar setiap orang tua berbeda-beda. Beberapa kali ketika penulis menyelenggarakan pelatihan tentang pola asuh, persepsi pengasuhan berbeda-beda. Misalnya pola asuh yang permisif merasa pola asuh demokratis (padahal terlalu membebaskan), terus ada yang pola asuh demokratis( autoritatif) dianggap pola asuh otoriter.

                Pola asuh dibagi menjadi empat diantaranya adalah pola asuh permisif, autoritatif (demokratis), otoriter, dan pengabaian (neglected).  Dimensi pola asuh terdiri dari dua hal yaitu kasih sayang dan aturan. Jika  kasih sayang berlebihan dan tidak ada aturan disebut pola asuh permisif. Jika kasih sayang minim dan aturannya sangat ketat bahkan seluruh aturan dari orang tua disebut pola asuh otoriter. Pola asuh selanjutnya adalah pola asuh autoritatif yaitu pola asuh yang menyeimbangkan antara kasih sayang dan juga aturan. Pola asuh yang terakhir adalah pola asuh pengabaian (neglected) dimana orang tua tidak memberikan kasih sayang atau pun aturan.

                Ada sebuah pertanyaan: “Apa yang anda lakukan jika anak anda menangis ingin dibelikan mainan yang padahal ia sudah punya?”. Orang tua yang permisif akan langsung menggendong anak dan kemudian membelikan apa yang diinginkan anak. Kenapa hal ini terjadi, karena orang tua yang permisif ingin anaknya diam dan dia tidak tega menolak keinginannya. Disini factor kasih sayang dominan, namun aturan untuk hanya memiliki yang sudah punya atau memberikan penjelasan tidak ada. Perilaku langsung menggendong juga salah satu ekspresi dari pola asuh permisif.

                Bagaimana orang tua otoriter? Barangkali orang tua otoriter akan membentak anak dan meminta ia diam. Anak pun akan menurut, namun anak kadang kurang dalam mengungkapkan keinginan. Bagaimana pola asuh yang mengabaikan? Barangkali ia akan membiarkan anak dan biasanya orang tua sibuk dengan kesenangannya sendiri. Biasanya pola asuh pengabaian dialami keluarga social ekonomi kurang mampu. Orang tua yang autoritatif akan mendekati anaknya kemudian menjelaskan bahwa ananda sudah punya mainan tersebut. Ananda pun diminta untuk diam, sambil orang tua mengalihkan hal-hal yang mungkin anak tertarik pada permainan lain. Jika anak sudah diam kadang orang tua dengan pola asuh autoritatif ini akan bercerita pada ananda, bermain peran sehingga anak memiliki kemampuan bahasa yang terus berkembang.

                Anak-anak sering menangis atau tantrum karena minimnya bahasa dan juga orang tua terlalu permisif pada anak. Seorang anak menangis karena belum bisa mengungkapkan diri. Selain itu juga sifat egoisme terbangun pada usia ini dimana ia menangis dengan harapan keinginannya terpenuhi.  Jika orang tua selalu menurutinya maka anak sudah belajar bagaimana akan terus menangis di kemudian hari dan bahkan beberapa anak tertentu bisa menangis disertai tantrum misalnya melempar benda, guling-guling dan ada juga yang melukai diri sendiri. Tentunya hal ini tidak sehat bagi psikologi anak.

                Ada beberapa orang tua yang karena merasa bersalah mungkin karena sibuk kerja atau sedikit waktu untuk anak, membuat ia ingin “menebus” hal tersebut dengan memanjakannya. Hal yang penting dilakukan orang tua adalah bagaimana meluangkan waktu untuk anak misalnya sabtu dan minggu dan berusaha seefisien mungkin memanfaatkan waktu untuk anak. Selanjutnya adalah melatih anak untuk mampu berkomunikasi. Sejak usia dini misalnya 1 tahun mulai latih untuk mengungkapkan keinginan. Jika belum bisa bicara latih dengan cara menunjuk terlebih dahulu. Selain itu amati keinginan anak. Apalagi jika ia menangis cari apa keinginannya. Jika perlu latih untuk melihat dan menumbuhkan keinginan anak. Keinginan yang tanpa disertai menangis atau pun menangis anak semakin berkurang tentunya akan membuat anak semakin sehat secara psikologis. Jangan lupa mengajarkan kosa kata sebanyak-banyaknya secara bertahap. Tidak harus dengan mengucapkan tapi bisa dengan menunjuk (bahasa receptive). Selanjutnya baru bahasa ekspresif jika sudah sesuai dengan usianya.

                Apa dampak emapat pola asuh  di atas? Jika anda menerapkan pola asuh permisif maka anak akan mudah menangis, tantrum, kurang mandiri dan seringkali kemampuan bahasa menjadi kurang. Anak juga bisa tidak percaya diri dan minder saat di kelas. Pola asuh otoriter juga berdampak anak akan kurang bisa mengungkapkan diri, yang pernah kena perlakuan fisik bisa jadi anak trauma, anak membenci orang tua, ketika dewasa bisa menjadi pendendam, dan seringkali menyelesaikan permasalahan dengan cara fisik dan bukan komunikasi yang asertif. Tak tertutup kemungkinan pola asuh otoriter berdampak anak ketika dewasa mengalami gangguan kepribadian atau punya kepribadian yang kurang sehat.

                Pola asuh yang mengabaikan akan berdampak anak merasa tidak diurus. Bisa juga anak menjadi anti social. Tak tertutup kemungkinan anak bisa juga melakukan tindakan yang sering terjadi sebagai perilaku criminal di kemudian hari misalnya mencuri, dalam kondisi terpaksa membunuh, dan juga menjadi pembohong. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya orang tua mengasuh secara baik pada anak-anaknya. Mereka seorang anak yang masih anak-anak tentunya membutuhkan peran orang tua untuk menggapai cita-citanya di kemudian hari. Jika seluruh keluarga mendidik anak secara baik tentunya di kemudian hari anak-anak kita menjadi peribadi yang tangguh.

                Bagimana dengan pola asuh autoritatif? Pola asuh ini akan merangsang pemikiran anak. Anak akan lebih mandiri, memiliki nilai-nilai yang positif misalnya suka menolong, berbagi, jujur, adil, dan menghomati ataupun punya toleransi yang tinggi pada sesama.  Anak akan berusaha dengan cara yang baik diamana segala hal dilakukan dengan cara berusaha dan berkomunikasi. Apalagi ananda sudah sejak dini untuk berfikir sebelum bertindak tentunya anak juga akan cerdas baik cerdas intelektual (IQ) dan juga cerdas secara emosi (EQ). Bagi orang tua silahkan pilih pola asuh yang mana? Tentunya kita sebagai orang tua akan berperan terhadap masa depan anak di kemudian hari. Jadikan anak kita sebagai pribadi yang tangguh (Adib Setiawan, M.Psi.) 


 
Index Berita
 
 


© 2024 YPPI.All rights reserved. Design by ideweb,Developer