Agar Anak Tak Mudah Berkata Kasar
Rizki Washarti Siregar - 2013-04-29 12:46:01
Pengalaman Ratih bisa saja dialami banyak ibu lainnya. Para ibu juga bingung untuk mengajarkan berbahasa yang santun untuk anak- anaknya.
Berbicara mengenai tahapan perkembangan anak, setiap individu mempunyai keunikan masing-masing. Namun umumnya seorang anak mulai berbicara sebelum berusia 3 tahun. Ditandai dengan babbling yakni seorang bayi yang mengeluarkan bunyi-bunyi seperti “ba-ba” atau “a-a”. Hal ini sudah dapat terjadi di usia 6 bulan hingga 1 tahun.
Menurut Psikolog Rizki Washarti Siregar, BA, M.Psi., antara usia 1 hingga 1,5 tahun, bayi biasanya mengucapkan kata pertamanya. Kata pertama, biasanya merupakan perpanjangan dari kegiatan babbling dan juga merupakan kata yang lazim didengar oleh bayi, sehingga sering merupakan kata “mama” ataupun “papa”.
Sekitar usia 2 tahun, anak umumnya sudah bisa mengucapkan beberapa kata. Pada usia 3 tahun rata-rata anak sudah dapat mengucapkan kalimat- kalimat. Inilah yang biasa dianggap oleh orang tua sebagai tanda mampu bicara dan menjadi istilah yang sering disebut “cerewet”.
“Anak biasanya akan senang berbicara dan mulai bertanya mengenai berbagai hal dan mengucapkan kalimat: ”Ini apa?” Hal ini sebenarnya juga disebabkan oleh perkembangan kognitif anak. Otak anak semakin berkembang dan anak mulai mengenal dunia selain dirinya sendiri,” jelas Kiki, biasa ia disapa.
Kiki melanjutkan, di usia 3 tahun pula, anak-anak mulai mencoba bereksplorasi dengan mencoba mengenal dunia. Sehingga banyak orang tua yang mulai memasukkan anak mereka ke preschool atau playgroup atau PAUD sehingga pengenalan anak akan dunia semakin luas.
“Mereka mulai memiliki teman, perbendaharaan kata yang mereka miliki semakin banyak. Intinya mereka semakin menyadari di dunia ini ada banyak hal di luar diri mereka dan orang tua mereka. Karena lingkungan mereka yang semakin luas, maka lingkungan tersebut pun berpengaruh dalam membentuk anak,” lanjut Kiki.
Contoh-contoh pengaruh yang dimaksud antara lain bagaimana cara anak bersikap terhadap orang lain dan di hadapan orang lain, sopan-santun yang dimiliki anak, kebiasaan bermain dan belajar anak dan termasuk juga cara anak berbicara.
“Misalnya saat anak terbiasa mendengar orang tua berbicara dengan baik seperti selalu mengucapkan “terima kasih”, maka kemungkinan besar anak juga terbiasa untuk mengucapkan “terima kasih”. Atau anak terbiasa mendengar lagu dewasa yang mengandung kalimat ’’I love you’’, entah karena dengar di radio atau mendengar temannya menyanyi lagu seperti itu, maka anak pun bisa saja mudah mengucapkan kalimat “I love you” tanpa benar-benar memahami artinya. Nah, dan jika kebetulan di lingkungan anak ia sering mendengar seorang mengucapkan kata-kata kasar, maka bisa saja anak terpengaruh dan mengucapkan kata- kata tersebut,” tutur Kiki.
TERGANTUNG TINGKAT USIA
Psikolog yang berpraktik di Yayasan Praktik Psikolog Indonesia ini, menjelaskan bahwa faktor terbesar yang menjadi penyebab anak-anak mudah berkata kasar adalah lingkungan. Lingkungan pun memiliki cakupan yang luas tergantung bagaimana anak Anda menghabiskan waktunya sehari-hari. Lingkungan ini dapat berupa keluarga, tetangga, sekolah, teman-teman, guru, tayangan televisi, dan sebagainya.
“Biasanya ada role model atau contoh. Kalau anak mendengar seseorang mengatakan kata kasar, misalnya anak lain di sekolah ataupun tokoh di sinetron televisi mereka dengan mudah meniru,” kata Kiki.
Ada pun tujuan anak-anak yang berkata kasar tergantung apakah anak tersebut sebenarnya memahami arti kata kasar tersebut atau tidak.
“Hal ini sangat bergantung dari usia dan tingkat perkembangan kognitif anak. Jika mengucapkan kata-kata kasar di usia 2-3 tahun, maka kemungkinan besar hal tersebut lebih merupakan kegiatan meniru. Jika usia 3-7 tahun mungkin ini bukan sekadar meniru lagi, tapi sudah menjadi suatu kebiasaan yang jika tidak segera dihentikan akan terus berlanjut hingga memasuki usia Sekolah Dasar,” terang Kiki.
Lanjutnya, jika terjadi lagi di usia Sekolah Dasar, kemungkinan anak sudah paham dengan arti dari kata tersebut. Ketika anak sudah menginjak usia 11 tahun dan kemampuan kognitifnya berkembang selayaknya anak-anak pada usianya alias normal, maka anak sudah paham akan arti dari kata-kata kasar.
“Jika anak berbicara kasar dan ia paham akan arti dari kata-kata tersebut, kemungkinan anak tersebut bukan anak yang memiliki pandangan positif, baik akan dirinya maupun lingkungannya. Lebih mudah baginya untuk memandang sesuatu secara negatif,” tegas Kiki.
MENGHILANGKAN KEBIASAAN BURUK
Berbicara kasar adalah suatu hal buruk yang perlu dihilangkan. Jangan menganggap sepele hal ini karena anak-anak yang memiliki kebiasaan buruk ini mempunyai dampak negatif yang akan berpengaruh ke depannya.
Anak akan tumbuh menjadi anak yang tidak mengikuti norma sosial yang dampaknya antara lain anak akan dianggap tidak sopan, tidak disukai oleh guru dan teman-teman sekolahnya, dikucilkan dari lingkungannya, dianggap anak yang tidak berpendidikan, orang tua akan dianggap sebagai orang tua yang tidak peduli dengan anaknya, dan jika berlanjut hingga dewasa, masalah ini akan menjadi fatal seperti sulit untuk diterima bekerja di suatu tempat atau disukai oleh atasan dan klien. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang dianggap ’kurang menyenangkan’.
Maka peran serta Anda sebagai orang tua pun sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi anak yang baik. Jika anak sudah berkata kasar, segera tegur dan jelaskan pada anak bahwa hal tersebut tidak baik. Jika berkata kasar menjadi kebiasaan anak, orang tua tentunya harus segera menghilangkan kebiasaan ini. Bisa dimulai dari memberikan pengertian kepada anak bahwa hal ini tidak boleh dilakukan.
“Cari tahu penyebabnya. Jika penyebabnya adalah misalnya karena meniru kebiasaan temannya yang sering berkata kasar, maka ada baiknya orang tua berbicara kepada orang tua anak tersebut dan sama- sama berupaya agar anak mereka tidak berbicara kasar lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan hukuman jika anak berbicara kasar seperti tidak diperbolehkan menonton TV atau bermain Games misalnya,” jelas Kiki.
“Tapi jika anak berkata kasar karena mengungkapkan kekesalan hatinya, maka orang tua harus segera mencari tahu, apa yang sebenarnya membuat hati anak mereka kesal. Lalu ajarkan anak untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran dengan lebih baik. Ini sudah dapat dilakukan jika anak menginjak usia sekitar 10 tahun di mana tingkat pemahaman anak sudah lebih luas dan penguasaan kosa kata mereka sudah cukup banyak,” tambah Kiki.
Terlepas dari segala penyebabnya, sebaiknya orang tua menghukum anak jika berkata kasar adalah suatu kebiasaan. Menghukum itu banyak sekali caranya, mulai dari menarik sesuatu dari mereka yang mereka sukai. Anda dapat tidak memperbolehkan mereka bermain ataupun menambah sesuatu yang mereka kurang sukai misalnya harus menyapu halaman. Namun, apapun hukumannya tentunya tidak boleh ada hukuman fisik ataupun cacian.