Aku Ingin Jadi Pemimpin
Adib Setiawan, M.Psi - 2013-10-11 13:06:53

Orangtua yang terlibat aktif menyiapkan masa depan anak lebih berpeluang mencetak calon pemimpin.
“Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pemimpin antara lain kemampuan mengarahkan, memengaruhi, meyakinkan, serta mengambil keputusan,” kata Adib Setiawan, M.Psi., psikolog dari www.praktekpsikolog.com. Pemimpin juga harus bisa bergaul, pekerja keras, dan memiliki inisiatif. “Termasuk emosi, seperti apakah seseorang itu mudah percaya pada orang, tenang, dan emosional,” ujar Adib.
Kepemimpinan, lanjut Adib, adalah soft skill yang harus mulai dilatih sejak dini supaya anak lebih percaya diri. Misalnya, anak yang diajarkan kosa kata yang beragam akan lebih cepat memahami lingkungan karena ia lebih memahami makna kata. Maka, tak heran bila anak yang menjadi pemimpin biasanya memiliki potensi dan menonjol. “Mereka juga tidak mudah grogi, bisa memecahkan masalah, dan suka mengatur orang lain. Bakat ini terlihat dari kecil,” jelas Adib.
Harus Sehat
Selain potensi, lingkungan, dan waktu, pola asuh serta peran orangtua paling memengaruhi “jalan” anak menjadi pemimpin. Sayangnya, keinginan anak sering terhalang pola asuh orangtua yang tidak mendukung. Misalnya, orangtua malah memotong pembicaraan saat anak mengungkapkan keinginannya.
“Padahal, kalau orangtua mendukung, soft skill anak akan terlatih, ia bisa mengaktualisasikan diri, dan mendongkrak rasa percaya diri.” Anak juga lebih mudah meyakinkan dan memengaruhi, bahkan menunjukkan kewibawaan. “Sejak TK, anak yang pede dan tidak pede sudah terlihat. Biasanya, anak yang pede ini karena orangtua tak hanya mengasuh, tapi juga berjuang menciptakan masa depan anaknya.”
Orangtua juga harus ingat bahwa setiap anak memiliki potensi yang bagus. Akan tetapi, hal ini bisa hilang karena lingkungan dan orangtua yang tidak mendukung. Atau, karena faktor medis seperti anak memiliki penyakit tertentu. Oleh karena itu, kondisi jasmani anak memengaruhi perkembangan potensi anak. “Jika ini beres, potensi anak akan berkembang optimal."
Pastikan pula anak berada di lingkungan kondusif alias memberi ruang berkembang. Misalnya, memilih sekolah yang tepat. Tentu saja, ada tantangan dan halangan dalam aspek lingkungan ini. Misalnya, murid-murid di sekolah tersebut sering terlibat tawuran atau menggunakan narkoba. “Hal ini bisa menghambat peluang anak untuk berkembang maksimal menjadi pemimpin,” lanjut Adib.
Waktu atau timing pun tak kalah penting. Ada anak-anak yang memiliki potensi menjadi pemimpin, namun karena timing yang kurang tepat, peluangnya hilang atau terhambat. Misalnya, anak-anak di daerah terpencil yang tidak mampu melanjutkan sekolah.
Tidak Memaksa
Orangtua sering kali menggunakan “mata kuda” dalam mengasuh anak, yaitu memaksakan pemahaman mereka kepada anak tanpa mencoba memahami aspek atau pemahaman orang lain. “Ini akan membuat anak tidak nyaman. Apalagi jika potensi anak sebetulnya biasa-biasa saja.”
Misalnya, orangtua “memaksa” anak menjadi pengurus kelas atau Ketua Kelas. “Meski orangtua bertugas memperkenalkan anak ke berbagai bidang kehidupan, cobalah mengasuh anak sesuai potensi anak dan tidak memaksanya,” kata Adib.
Jika anak dipaksa, hasilnya tentu tidak baik. Lebih baik, orangtua aktif mengarahkan anak dengan ketulusan, kesabaran, dan penuh doa. “Atau, menggunakan alternatif terbaik seperti mencari pengasuh yang pintar dan bisa menstimulasi kemampuan anak,” pungkas Adib.
Empat Pribadi
Meski tak mutlak, tipe pemimpin lebih kental pada anak berkepribadian choleric dan sanguine yang lebih terbuka. Di luar itu, ada banyak faktor lain yang memengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pemimpin. “Sifat sebetulnya penilaian lingkungan. Jadi, asal diatur dengan baik, bisa menjadi positif, kok,” kata Adib.
1. Choleric
Salah satu ciri anak-anak dengan kepribadian adalah berambisi besar. Mereka sangat percaya diri, memiliki kemampuan yang besar, berani mengambil risiko, serta berani mengamnbil keputusan. Sisi negatifnya, mereka cenderung keras kepala, suka memaksakan kehendak, egois, serta otoriter.
2. Sanguine
Tipe anak sanguine cenderung humoris, dan memiliki rasa sosial, empati, dan sensitivitas yang tinggi. Alhasil, anak-anak berkepribadian sanguine cocok menjadi pemimpin. Tapi, pribadi ini kurang senang memperlihatkan ambisi, mudah dipermainkan dan diperalat.
3. Plagmetic
Anak-anak plagmetic lebih suka menjadi pengikut dan sering dianggap pemalas. Bagi mereka, hal terpenting adalah menjadi bagian dari kelompok, mempunyai teman, dan tidak dianggap individual. Kelebihan anak-anak plagmetic adalah lebih rapi, terstruktur, serta penuh perencanaan.
4. Melancholic
Meski lebih suka menyendiri, suka hal yang syahdu dan karya sastra, anak melancholic mampu melihat orang lain secara lebih mendalam, cenderung tenang, dan berhati-hati dalam mengungkapkan sesuatu. Mereka juga selalu berpikir jauh sebelum bertindak dan memikirkan konsekuensi.
http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Aku-Ingin-Jadi-Pemimpin