Mengawali Tahun Dengan Membuat Resolusi

Rizki Washarti Siregar - 2014-01-08 15:51:11
Rizki Washarti Siregar
 

Tahun 2013 akan segera berlalu, berganti tahun yang baru. Biasanya di awal tahun, membuat resolusi pun menjadi hal yang biasa dilakukan. Namun, apakah cukup hanya sekadar membuat resolusi?

Resolusi, kata ini menjadi sangat familiar di telinga pada se ap pergantian tahun. Orang-orang pun semangat membuat resolusi demi mewujudkan impian mereka di tahun yang baru. Mulai dari impian yang ingin dicapai hingga kembali merencanakan resolusi yang belum terwujud di tahun sebelumnya.

Psikolog Rizki Washarti Siregar, BA, M.Psi. menjelaskan, jika resolusi adalah keinginan yang ingin kita raih, bisa juga dikatakan seperti tujuan atau target.

“Resolusi memang identik dengan tahun baru, karena umumnya orang membuat resolusi menjelang tahun baru dengan tujuan dan harapan yang baru. Sebenarnya membuat resolusi tidak mesti hanya di tahun baru, tapi bisa diterapkan kapan saja,” tutur Rizki.

Karena itu membuat resolusi pun tergantung dari individu masing-masing orang. Rizki menjelaskan jika seseorang sudah memiliki keinginan yang cukup kuat, tidak harus membuat resolusi sejak jauh-jauh hari. Tapi, membuat resolusi baik untuk orang yang mudah lupa dan sulit fokus agar selalu teringat dengan apa yang ingin ia capai.

“Memang tidak ada keharusan untuk membuat resolusi, tapi membuat resolusi itu baik agar kita lebih fokus bekerja dan sebagai pengingat pada target yang telah kita buat dan tahu bagaimana harus mencapainya,” tambah psikolog yang praktek di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia ini.

Rizki mencontohkan misalnya kita memiliki keinginan untuk jalan-jalan ke luar negeri tahun depan dan kita tahu butuh dana yang tidak sedikit sehingga harus menabung. Tapi, dengan membuat resolusi kita jadi tahu bagaimana atau cara apa saja yang harus kita gunakan untuk mengumpulkan uang demi keinginan jalan-jalan kita.

Contoh lainnya, di tahun mendatang kita bertekad untuk menurunkan berat badan. Dengan menjadikan itu sebagai resolusi, kita bisa mewujudkannya dengan langkah-langkah dan perencanaan yang lebih spesifik lagi. Misalnya kita menentukan untuk turun 5 kilogram dalam 12 bulan, maka kita akan membuat target itu terwujud dengan menjalankan apa yang telah kita rencanakan.

Rizki melanjutkan, resolusi bisa juga disebut target. Manfaat dari membuat resolusi dalam hidup kita dapat membuat hidup kita lebih fokus dengan apa yang akan kita jalani. Sebagai individu, banyak keinginan yang ingin kita capai namun belum tentu semua bisa terpenuhi. Dengan membuat resolusi, kita jadi tahu mana yang harus didahulukan untuk kita capai.

Beragam hal bisa dijadikan resolusi. Umumnya adalah yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dari yang kurang baik menjadi ingin lebih baik. Seperti berhenti merokok, konsumsi minuman beralkohol dan sebagainya.

“Tapi ada juga orang yang membuat resolusi untuk menambah keahlian mereka seperti ingin bisa menari atau bermain alat musik. Jadi, tidak hanya berhubungan dengan menghilangkan tingkah laku yang buruk,” tambah Rizki. 

SMART

Rizki menyarankan, demi dapat mewujudkan impian atau target yang ingin kita capai, sebaiknya kita menyusun resolusi dengan sistem SMART. S adalah Specific, M adalah Measurable, R adalah Realistic, A adalah Assignable dan T adalah Time Related.

Dalam membuat resolusi atau target kita harus Specific (spesifik), hal ini berkaitan dengan langkah­langkah yang harus kita lakukan untuk mencapainya. Misalnya kita ingin menjadi guru, bisa dikerucutkan bidang pelajaran apa yang kita inginkan? Sehingga kita tahu jenjang pendidikan apa yang harus ditempuh untuk itu.

Measurable di sini dapat diartikan dalam membuat resolusi dapat diukur atau ada yang dijadikan tolok ukur. Seperti ketika kita ingin menurunkan berat badan kita dari 60 kilogram menjadi 50 kilogram sehingga setiap bulan bisa diukur berapa kilogram berat badan kita.

Assignable berkaitan dengan siapa yang harus melakukan resolusi tersebut dan siapa yang akan dipengaruhi. Contohnya kita ingin terwujud kerukunan dalam 

keluarga dan ingin bahagia tidak lagi dipicu banyak pertengkaran seperti tahun sebelumnya. Berarti di sini selain kita Sendiri yang berusaha mewujudkannya, anggota keluarga kita juga turut mewujudkannnya.

Membuat resolusi atau target boleh-boleh saja, tapi Rizki mengingatkan agar kita membuat resolusi yang realistic atau realistis.

“Kita harus membuat resolusi yang bisa kita raih dan masuk akal, tidak mungkin buat resolusi yang ‘wow’ seperti ingin jadi raja misalnya, padahal kita tidak ada keturunan raja,” Rizki menjelaskan.

Time related berkaitan dengan waktu yakni kapan kita mewujudkan resolusi tersebut. Menurut Rizki, hal ini harus jelas agar kita sendiri tahu kapan target tersebut akan dipenuhi.

“Misalnya untuk resolusi tahun 2014 batasannya sampai Desember, tapi jelaskan lagi resolusi itu akan kita laksanakan di bulan apa di antara 12 bulan itu?” sambung Rizki.

Setelah kita dapat merumuskan resolusi kita dengan metode SMART, ia menambahkan agar apa yang telah kita tulis ditelaah lagi satu per satu. Bila perlu kita beri tahu orang di sekitar tentang resolusi yang kita buat agar mereka dapat membantu untuk mengingatkan.

Jika seseorang gagal dalam mewujudkan resolusinya di tahun sebelumnya dan ingin mencoba lagi di tahun ini, menurut Rizki hal tersebut harus diperhatikan sebelum kita menjadikan hal tersebut sebagai resolusi.

“Harus dievaluasi kenapa resolusi yang dulu gagal, dianalisa dan cari tahu untuk bisa diperbaiki kemudian,” terang Rizki.

Rizki menambahkan, seseorang yang gagal menjalankan resolusinya bisa jadi karena semangatnya membara hanya di awal saja, menjadi tidak semangat setelah melewati beberapa bulan bahkan cenderung lupa dengan resolusi yang dibuatnya.

“Mungkin juga karena tidak ada motivasi. Misalnya ingin menurunkan berat badan tapi apa alasannya kalau hanya sekadar ingin menurunkan berat badan? Kalau begitu seseorang akan merasa apa yang dilakukannya sia-sia, jadi resolusinya hanya lewat saja,” jelasnya 



 
Index Berita
 
 


© 2024 YPPI.All rights reserved. Design by ideweb,Developer