Mengubah Kebiasan Negatif Menuju Positif

Adib Setiawan, M.Psi - 2016-09-19 01:27:35
Adib Setiawan, M.Psi
 

TANYA :

"Assalamu'alaikum Pak Adib. Bagaima­na caranya untuk mengubah kebiasaan ne­gatif dengan cara bertahap sampai kemu­dian hilang dan menjadi kebiasaan positif? Adakah jurusnya dalam psikologi?"

Purnomo, Tangerang.
Terima kasih.

JAWAB :

Pertanyaan yang menarik. Memang saat ini banyak juga seseorang memiliki kebiasa­an negatif dan perlu mengubahnya ke yang positif. Beberapa malah tidak bisa meng­ubah kebiasaan tersebut karena tidak ada kemauan. Jikalau ada kemauan, namun ke­mauan tidak kuat. Sehingga seseorang tidak berdaya terhadap kebiasaan tersebut. Kebi­asaan-kebiasaan negatif sangat banyak mu­lai dari merokok, bangun pagi telat sehing­ga kerja atau sekolah telat, terlalu banyak makan tidak bisa diet, berbelanja terlalu ba­nyak yang tidak dibutuhkan, mudah marah, banyak bermain game, suka berhutang, dan tidak bisa dipercaya atau suka berbohong.

Kebiasaan negatif di atas terkait dengan kebiasaan-kebiasaan seseorang yang terjadi di masa lalu. Seseorang yang tidak biasa ba­ngun pagi sejak dini karena suatu hal. Misal­nya karena tidak dibiasakan bangun pagi oleh orang tuanya, maka lama-lama hal itu sering terjadi. Ditambah pula jika telat tidak ada konsekuensi yang membuatnya kurang nyaman, maka telat akan menjadi kebiasa­an. Beda cerita jika telat, konsekuensinya meminta tanda tangan 10 guru bagi siswa, maka dia tidak akan telat lagi. Atau sese­orang sudah mengembangkan rasa malu sehingga dia malu jika datang telat.

Mengubah kebiasaan negatif tentunya diawali sejak kecil dan dimulai dari bangun pagi secara tepat waktu. Seseorang yang telat kemudian dimarahin orang tuanya keti­ka dia masih anak-anak, maka anak tersebut sudah mulai belajar tentang marah. Orang tua yang sering marah-marah membuat anaknya juga menjadi mudah marah kare­na faktor meniru. Beda cerita jika orang tua sabar, penyayang, ikhlas, mudah memaafkan orang lain, mudah mengucapkan terima kasih, mudah menghargai orang lain, maka si anak juga akan meniru sifat positif tersebut sehingga di kemudian hari menjadi anak yang menyenangkan karena memiliki sifat positif di mata teman dan guru.

Kebiasaan negatif seringkali terkait de­ngan kurangnya kegiatan yang positif. Ke­biasaan positif pada seseorang perlu dibi­asakan sejak dini. Contoh kebiasaan bermain game pada anak. Seseorang anak pada usia 4-5 tahun adalah masa ingin mengenal ling­kungannya. Dia ingin mengerti berbagai hal. Misalnya anak ingin mengetahui permainan bola. Bola bisa dimainkan dengan cara diten­dang, di lempar, ditangkap, dipantul-pantul­kan, dimasukkan ke keranjang, atau ditend­ang ke gawang.

Begitu juga permainan puzzle bisa di­buat gedung, jembatan, mobil, kapal dan bentuk lainnya. Anak juga belajar bersepeda, bermain di luar ruangan, bermain prosotan, ayunan, bermain mobil-mobilan, naik kuda, bermain pura-pura, bermain kejar-kejaran dengan teman, berenang dan berbagai per­mainan tradisional lainnya. Kalaupun nonton film sekiranya film educatif yang tidak ada unsur kekerasan. Permainan positif lainnya anak dibiasakan membaca buku, melihat gambar dan kegiatan lainnya yang terkait dengan gerak fisik motorik. Jika anak hanya dibelikan mainan namun tidak diajarkan cara memainkannya, maka mungkin mainan hanya dilempar-lempar atau dirusak.

Seringkali orang tua yang penting anak diam dengan cara diberikan game. Pada­hal jika anak sering bermain game, maka prestasi belajar menurun dan keterampilan anak sesuai usianya tidak berkembang. Bah­kan jika sampai remaja masih suka bermain game bisa berdampak nilai IPK menurun, sering tidak masuk sekolah, dan ujung-ujun­gnya adalah gagal kuliah atau kena DO. Jika kena DO bisa berakibat tidak memiliki masa depan karena sulit mencari pekerjaan. Oleh sebab itu bagi yang anak-anaknya belum ter­lanjur kebanyakan main game, maka berikan kegiatan positif. Karena jika tidak ada kegiat­an postif, maka anak lebih memilih kegiatan negatif. Olahraga juga baik sebagai kegiatan positif dilakukan untuk anak-anak sampai re­maja.

Kebiasaan negatif terkait dengan cara berpikir seseorang tentang masa depan. Ja­rang sekali seseorang berpikir tentang masa depan sehingga seseorang berpikir hanya masa kini. Misalnya seseorang yang bekerja di sektor informal seperti kuli bangunan, pe­dagang kaki lima, ojek, ataupun supir mereka banyak merokok. Kadangkala penghasilann­ya lebih banyak habis untuk rokok dari pada untuk makan atau diberikan ke istri. Mereka jarang berpikir masa depan. Kehidupan yang sulit membuatnya stress namun penyelesai­annya dengan cara banyak merokok. Belum lagi jika rokok membuat kesehatan menurun dan mudah sakit.

Tentunya hal ini keluarganya harus me­nanggung kebiasaan diri yang negatif dari sang ayah. Anak dan istri tidak bisa berbuat apa-apa ketika sang ayah banyak merokok. Sang istri kemudian ikut kerja supaya ke­butuhan hidup terpenuhi. Jarang sekali sese­orang berpikir masa depan misalnya berpikir lebih baik menabung dari pada merokok. Bagi orang tua bisa mengajarkan anak untuk menabung sejak dini. Seseorang yang ingin kuliah juga lebih baik jika sang anak dilatih untuk menabung sejak SMP sehingga uang saku yang diberikan orang tua bisa diman­faatkan untuk hal-hal yang positif.

Misalnya anak ikut bimbingan belajar dari hasil menabung. Sang anak ingin mem­beli buku bisa juga dari hasil menabung. Jika sang anak sejak dini suka menabung, ketika uang terkumpul, maka akan merasakan ba­hagia. Begitu sebaliknya, seseorang yang ti­dak punya tabungan setiap kali dapat uang, maka uangnya langsung habis karena dia tidak berpikir masa depan. Jadi ubah kebia­saan merokok dengan kegiatan menabung untuk masa depan.

Kebiasaan negatif terkait dengan ke­mampuan mengontrol diri Setiap orang memiliki kemampuan mengontrol diri yang berbeda-beda. Seseorang yang mampu me­ngontrol dri, maka dirinya mampu berpikir untuk tidak belanja berlebihan, tidak makan berlebihan dan tidak berhutang. Seringkali banyak di sekeliling kita seseorang mena­warkan kartu kredit sehingga seseorang mau mengambil kartu kredit tersebut sam­pai lebih dari 5 kartu. Ketika memiliki banyak kartu yang terjadi adalah belanja berlebihan.

Gaya hidup yang meningkat memung­kinkan seseorang akhirnya memiliki banyak pengeluaran dari pada pemasukan. Hal ini yang membuat akhirnya seseorang terlilit hutang sehingga berurusan dengan pihak penagih yang membuat hidupnya tidak nya­man. Jika seseorang ganti kartu handphone juga berdampak rizki seseorang bisa menurun karena seseorang yang ingin menawar­kan pekerjaan, namun nomor kontaknya sudah ganti. Kemampuan mengontrol diri perlu dibiasakan sejak dini bahwa seseorang dilatih untuk menahan keinginan.

Misalnya seseorang yang ingin membe­li sesuatu namun tidak memiliki uang, maka sebaiknya tidak membelinya. Seseorang juga perlu membeli sesuatu yang memang sesuai dengan kebutuhan. Kadangkala ke­hidupan berputar, ketika saat ini rizki baik de­ngan penghasilan yang besar namun jika pe­ngeluaran yang tidak terkontrol, maka yang didapatkan justru malapetaka. Begitu juga seseorang yang memulai usaha sebaiknya jangan terlalu banyak hutang karena bisa berdampak usaha merugi dan bisa meng­alami kebangkrutan usaha. Seseorang yang memulai usaha sebaiknya juga mengontrol diri supaya tidak terlalu ambisius yang sekiranya tidak realistis.

Kebiasaan negatif bertujuan mencari kesenangan. Kesenangan memang sesuatu yang sering dicari-cari seseorang. Orang ingin memiliki rumah mewah, mobil mewah, pasangan hidup yang sempurna, clan memi­liki kekuasaan dalam hidup. Namun, jika ke­senangan ini tidak sesuai kemampuan, maka yang didapatkan justru malapetaka. Akan lebih baik jika seseorang memiliki sesuatu sesuai dengan kemampuan. Seseorang yang ingin memiliki harta yang melimpah namun dengan cara yang negatif misalnya korupsi, maka bisa saja yang didapatkan adalah ma­suk penjara.

Seseorang yang hidup di penjara hidupnya menjadi tidak nyaman karena ti­dak ada kebebasan. Jika seseorang mampu menahan kesenangan misalnya melakukan sesuatu sesuai kemampuan atau memiliki sesuatu dengan menabung maka mem­buatnya dia bahagia ketika mampu meraih yang diinginkan tersebut. Sebaliknya jika se­seorang mengejar kesenangan hidup yang belum waktunya, maka yang didapatkan adalah justru kesengsaraan (Sigmund Freud, 1856-1939).

Menghargai orang lain tentunya mem­buat orang lain senang. Cobalah hargai orang lain dengan cara menyanjungnya, me­rendah, sehingga seseorang menjadi respect atau menghargai Anda. Beda cerita jika sese­orang merasa sombong, merasa lebih tahu ketika berada di lingkungan baru. Tentunya yang terjadi adalah konflik yang kadangkala seseorang yang tidak menghargai menjadi kikuk dan memiliki sedikit teman. Rasa geng­si seringkali juga muncul ingin memiliki sesu­atu namun dengan cara berhutang misalnya memiliki rumah mewah karena berhutang, menjalankan project ternyata rugi namun karena gengsi, dan bersekolah di tempat mahal namun kurang berkualitas sehingga yang di­dapatkan gengsi saja. Cobalah menjadi diri sendiri dan menjalani kehidupan sesuai ke­mampuan diri sendiri. Atau dengan kata lain terima kenyataan hidup sehingga hal-hal ne­gatif diatas dapat dihindari.

Berikut Tips Supaya menjadi pribadi yang mampu mengembangkan kepribadian yang positif :

1. Biasakan kebiasaan positif sejak dini atau se­jak anak-anak misalnya kapan bangun pagi, kapan tidur, kapan belajar, kapan sekolah, dan kapan bermain. Disiplin sejak dini mem­buat anak menampilkan perilaku positif.

2. Jadilah orang tua yang sabar, tenang, pemaaf, senang berbagi, menghargai orang lain, rajin menabung sehingga anak akan meniru. Jangan sering marah-marah apa­lagi secara fisik karena akan membuat anak trauma dan anak meniru ketika di sekolah atau bergaul, tumbuh remaja, dan dewasa.

3. isi kegiatan yang positif sejak anak-anak rnisalnya bermain yang sifatnya motorik, bermain bola, puzzle, bersepeda, olahraga, nonton film edukatif, rajin belajar, dan me­ningkatkan minat baca. Dengan membiasa­kan kegiatan positif, maka anak tidak akan bermain game karena kegiatan lainnya lebih menyenangkan dari pada game.

4. Cobalah berpikir tentang masa depan dan jangan masa kini saja. Jika saat ini memiliki banyak uang, maka cobalah sisihkan untuk masa depan dengan cara menabung.

5. Hadapi stress dengan hal-hal positif dan bekerja lebih keras supaya stress teratasi. Jangan menghilangkan stress dengan cara merokok.

6. Penuhi kebutuhan sesuai kemampuan. Jika tidak mampu, maka jangan banyak hutang. Hitung rasio hutang dengan pemasukan Anda. Karena jika banyak hutang yang ter­jadi kehidupan bisa tidak nyaman karena banyak debt collector berurusan dengan Anda.

7. Kontrol diri supaya tidak belanja berlebih, banyak hutang atau mencari kesenangan yang tidak sesuai dengan norma.

8. Jangan terlalu ambisius atau tergesa-gesa dalam mengambil tindakan karena tindak­an yang diambil bisa salah sehingga ber­dampak ke hal-hal yang negatif. Jangan mencari gengsi atau penghargaan orang lain namun sebenarnya tidak sesuai de­ngan kemampuan.

ESQ Life Edisi 01 Tahun IV September 2016


 
Index Berita
 
 


© 2024 YPPI.All rights reserved. Design by ideweb,Developer