Agar Anak Tak Biasa Manja

Rizki Washarti Siregar, BA, M.Psi. - 2014-03-22 13:11:31
Rizki Washarti Siregar, BA, M.Psi.
 

Senang memanjakan anak sebagai kompensasi dari kurangnya jumlah pertemuan atau terbiasa memenuhi keinginan anak, rupanya dapat berdampak buruk untuk psikologis anak ke depannya

Rani, 35 tahun, sering kali kewalahan menghadapi putranya Dito, 5 tahun, yang kerap meminta orang disekitarnya menuruti keinginan atau perintahnya, padahal ia bisa melakukannya sendiri. Buruknya, jika tidak dituruti Dito bisa saja mengamuk.

Manja, mungkin begitu biasa kita menilai perilaku anak yang seperti itu. Manja adalah sifat yang didapatkan dari hasil pembelajaran. Artinya sifat ini diperoleh dari lingkungannya. Seorang anak dapat menjadi manja karena umumnya orang di sekelilingnya selalu menuruti keinginannya. Anak terbiasa untuk selalu dilayani dan mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa perlu berusaha.

Hal ini seperti dijelaskan Psikolog Anak, Rizki Washarti Siregar, BA, M.Psi. Kondisi ini sering kali terjadi apabila kedua orang tua si anak sibuk bekerja dan merasa bersalah karena jarang meluangkan waktu. Banyak yang mengira terjadinya kondisi ini dapat diselesaikan dengan memberikan kompensasi seperti menuruti semua keinginan anak.

"Jika anak terbiasa dilayani dan dibantu, ada potensi anak menjadi manja. Hal kecil seperti orang tua membantu anak mengenakan baju karena tidak sabar melihat anaknya membutuhkan waktu lama ketika mengenakan pakaian, jika dibiarkan terus-menerus dapat membuat anak menjadi manja atau orang tua membelikan anak berbagai hal semata-mata karena orang tua tidak pernah mendapatkan hal tersebut ketika masih kecil," jelasnya.

Memang ada beberapa orang tua yang ingin dan senang memanjakan anaknya, tapi ketika orang tua ingin mengubah kebiasaan ini, mereka merasa sulit dan kerap luluh dengan 'senjata' anak seperti menangis atau mengancam. Rizki mengatakn, dalam hal ini orang tua harus selalu ingat bahwa itu hanyalah siasat anak saja, orang tua-lah yang memiliki otoritas dan segala upaya yang mereka ingin lakukan untuk mengubah kebiasaan manja anak yang pada akhirnya akan berdampak baik pada anak.

"Orang tua harus ingat, jika mereka tunduk kepada anak, maka ini akan berdampak buruk pada psikologis anak. Lebih lanjut, orang tua harus belajar untuk menjadi konsisten. Jika orang tua sudah mengatakan tidak, maka tidak. Tidak bisa dinego karena anak akan melihat celah untuk bersikap manja," pungkas Rizki.

MULAI UBAH SIKAP

Memang tidak ada patokan usia anak dikatakan manja. Tapi orang tua dapat menilai apakah anaknya tergolong manja atau tidak bila di usianya kini, ia sudah bisa melakukan sesuatu sendiri dan ternyata enggan melakukannya sendiri. Seperti ketika usia 4 tahun, anak-anak umumnya sudah bisa jalan sendiri dan ketika anak Anda masih minta digendong terus-menerus bahkan mengelak untuk berjalan sendiri. Jika ini terjadi, maka Anda perlu mawas diri. Jadi, tingkat kemandirian anak menjadi salah satu indikator manja atau tidaknya putra-putri Anda.

Ciri lain yang perlu diperhatikan selain anak tidak menunjukan kemandirian adalah ketika anak juga sering mengalami tantrum atau menangis dan menjerit jika menginginkan sesuatu, bahkan ketika berada di tempat umum.

Anak manja umumnya juga menunjukan sisi ingin menang sendiri atau egois seperti tidak bersedia berbagi.

"Mereka sulit membedakan antara teman dan orang dewasa, sehingga selalu mencari perhatian dan berharap semua orang selalu bersedia mendengarkan dan menuruti keinginannya. Anak manja juga memiliki ciri khas mudah mengabaikan orang tua. Ia tidak mengenal kata 'tidak' atau tidak bisa mendapatkan penolakan tetapi dapat dengan mudah mengabaikan orang ataupun permintaan orang." sambung psikolog yang praktik di Yayasan Praktik Psikolog Indonesia, Bintaro, Jakarta Selatan ini.

Rizki melanjutkan, mengubah kebiasaan anak manja pada anak dapat dimulai dengan mengubah sikap orang tua yang terbiasa menuruti keinginan anak.

"Caranya adalah dengan memberikan ganjaran untuk tingkah laku anak yang baik dan hukuman non-fisik bagi tingkah laku anak yang buruk. Hukuman misalnya dapat berupa penarikan hal-hal istimewa milik anak, seperti orang tua mengambil mainan anak," Rizki mencontohkan.

Selain orang tua, perlu diketahui orang-orang di sekitar anak seperti kakek, nenek, om, tante, guru atau mereka yang banyak menghabiskan sebagian besar waktu dalam sehari dengan sang anak juga perlu diberi pengertian agar jangan memanjakan anak. Beritahu bahwa hal itu tidak baik untuk anak dan dampak yang akan terjadi nantinya adalah anak menjadi manja.

Rizki berpesan agar orang tua sebaiknya membiasakan anak-anak untuk menjadi mandiri sejak usia dini. Mulai dari hal-hal yang sederhana seperti membiarkan anak mengikat sepatunya sendiri atau mengambil gelasnya sendiri ketika ingin minum. Selain itu orang tua juga sebaiknya menumbuhkan perasaan positif anak bahwa ia mampu atau meningkatkan kepercayaan diri anak dengan memberinya pujian dalam kadar yang wajar bila anak telah berbuat sesuatu dengan baik.

Berikan juga pemahaman sederhana bahwa dalam hidup ini kita perlu berusaha untuk mendapatkan yang kita inginkan.

Misalnya, orang tua dapat mengatakan, "Bapak ingin sekali punya mobil bagus warna merah. Tapi mobil tersebut tidak bisa langsung diambil dari showroom. Bapak harus beli mobil itu. Nah, supaya Bapak bisa beli mobil, Bapak harus bekerja agar punya uang untuk beli mobil. Kamu juga harus seperti itu, Nak. Berusaha jika menginginkan sesuatu."

Bisa juga meminta anak untuk ikut membantu pekerjaan rumah tangga seperti mengajak anak menyapu, terlepas apakah anak dapat menyapu dengan tepat atau tidak, namun sikap ini perlu ditumbukan agar anak menjadi mandiri, tidak egois dan manja.

"Jika di rumah juga ada asisten rumah tangga, jangan biasakan anak hanya tinggal menyuruh," pesan Rizki.

JIKA TERLALU MANJA

Selain menumbuhkan sikap tidak mandiri, ternyata dalam jangka panjang, manja dapat memengaruhi kehidupan sosialnya.

Rizki mengatakan jika tidak segera diatasi, anak yang manja dapat kesulitan di masa depannya. Mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan akan selalu membutuhkan orang lain. Apakah itu sekadar untuk menemani mengerjakan sesuatu untuk dirinya atau bahkan meminta orang lain untuk membelikan mereka sesuatu.

"Anak manja cenderung tumbuh menjadi malas, memiliki motivasi yang rendah, kurang daya juang dan mudah menyerah. Namun perlu diingat, bila diintervensi sedini mungkin anak manja dapat tumbuh menjadi mandiri," tegas Rizki.

Sedangkan untuk jangka panjang dampaknya sangat bahaya karena anak akan selalu membutuhkan orang lain. Contohnya ketika memasuki dunia kerja, orang tersebut tidak dapat mengerjakan tugas-tugasnya sendiri, ia butuh bantuan. Ini tentunya memiliki akibat buruk sebab ia akan mengganggu rekan kerjanya, sehingga rekan kerjanya pun lambat laun tidak akan simpati terhadap dirinya.

"Artinya kehidupan sosialnya pun akan buruk. Selain itu, atasan pun dapat menilai kinerjanya tidak berkembang sehingga berpengaruh terhadap performance ataupun kenaikan gaji. Dan bila kariernya tidak berkembang, maka tentu kualitas hidupnya pun tidak akan terlihat baik," tutup Rizki.


 
Index Berita
 
 


© 2024 YPPI.All rights reserved. Design by ideweb,Developer