Adik Senang Mengikuti Kakak

Rizki Washarti Siregar, BA, M.Psi - 2014-12-23 17:32:48
Rizki Washarti Siregar, BA, M.Psi
 

Hubungan kakak dan adik memang selalu dipenuhi berbagai cerita. Salah satu yang biasa terjadi adalah adik senang mengikuti apa yang dilakukan kakaknya, tapi kadang tidak semua kakak senang jika sang adik mengikutinya. Bagaimana sebaiknya orang tua melihat hal ini?

"Adik, kok ikutin kakak terus sih? Main sendiri saja sana," kata fia, 7 tahun, pada sang adik Lala, 4 tahun. Sebagai adik, Lala memang sering mengikuti apa yang kakaknya lakukan. Melihat hal ini, sang bunda, Maya, biasanya langsung mengingatkan agar fia mengajak adiknya bermain juga.

Mungkin Anda pernah mengalami hal yang sama. Kadang dibuat pusing dengan kelakuan si bungsu yang selalu ingin bersama sang kakak, namun sang kakak justru enggan jika selalu diikuti adiknya.

Menurut Psikolog Rizki Washarti Siregar, BA, M.Psi., hal ini biasa terjadi bahkan bukan hanya terjadi dalam hubungan antara kakak dan adik. Pada dasarnya manusia belajar pada lingkungannya. Terutama dalam tahap awal seorang anak usia di bawah tiga tahun (balita) di mana otaknya belum berkembang maksimal dan kemampuan kognitifnya belum sempurna. Ini akan membuatnya mengamati lingkungan di sekitarnya dan meniru untuk melakukan hal yang ia lihat. Hal ini disebut juga dengan modeling.

Kecenderungan ini, lanjut Kiki, biasanya terjadi pada kakak adik dengan jenis kelamin yang sama. Misalnya ketika sang kakak mengenakan rok dengan model tertentu, sang adik juga ingin mengenakan rok yang sama seperti kakaknya.

"Setiap orang pada dasarnya ingin dianggap unik dan istimewa. Ketika kita beranjak dewasa mungkin melihat aspek ini tidak terlalu penting. Tapi tidak demikian dengan masa kanak-kanak yang merasa ingin istimewa dibanding yang lain," jelas Psikolog yang akrab disapa Kiki.

Sama halnya dengan kakak yang tidak senang jika sang adik selalu mengikutinya. Ia mungkin merasa dirinya tidak lagi istimewa jika si adik terus mengikuti tingkah lakunya.

"Misalnya kakak adik yang sama-sama perempuan, saat si kakak pakai baju pink, dibilang cantik sama neneknya, lalu datang adiknya pakai baju pink juga, si kakak ada perasaan tersaingi karena tidak lagi menjadi pusat perhatian," papar psikolog dari Yayasan Praktik Psikolog Indonesia ini.

Kiki menambahkan. biasanya hal ini belum tentu terjadi di semua keluarga. Jika anak memiliki banyak teman di sekitarnya, ia akan melihat banyak hal. Mereka akan memiliki lebih banyak pilihan role model dibandingkan mereka yang hanya beraktivitas di rumah dan hanya melihat kakaknya saja.

BERI PEMAHAMAN

Oleh karena itu, lanjut Kiki, orang tua perlu memperhatikan hubungan antar anak mereka. Jika sang adik senang mengikuti kakanya, bisa diperhatikan dalam hal apa saja yang ditiru.

Kiki kembali memberikan contoh. Misalnya jika sang kakak sudah bersekolah dan rajin mengerjakan PR atau belajar, orang tua dapat memberikan saran kepada sang adik untuk mengikuti kegiatan belajar kakaknya.

Jika hal yang baik ini terjadi, tentu tidak jadi masalah. Sang kakak bisa menjadi role model bagi adiknya. Lain halnya jika sang kakak tidak senang jika apa yang dilakukannya selalu diikuti sang adik.

"Orang tua perlu memberi pemahaman kepada si kakak misalnya bilang, 'Kak, adik belum mengerti jadi mengikuti kakak. Tapi itu bagus lho, berarti kakak jadi pujaannya adik'," ujar Kiki mencontohkan.

Jika usia kakak dan adik hanya berbeda setahun, orang tua dapat dengan mudah memberikan pemahaman. Lain halnya jika sang adik masih balita. Oleh karena itu dalam memberi pemahaman kepada anak, orang tua harus memperhatikan berapa usia anaknya, karena beda usia beda pula caranya. Seperti jika usia si kakak 11 tahun tentu orang tua bisa memberikan pemahaman yang konkret dan bisa dimengerti anak.

Namun, jika ternyata anak-anak sudah beranjak remaja dan sang adik masih senang mengikuti apa yang dilakukan oleh kakaknya, maka hal ini bukan lagi disebut modeling. Bisa jadi si adik melihat kakaknya sebagai pemberi inspirasi.

"Pada usia itu anak sudah paham karena kemampuan logikanya sudah berkembang," sambung Kiki.

JANGAN SAMPAI BERLARUT-LARUT

Sebaiknya masalah ini tidak dibiarkan berlarut-larut. Terutama jika sang kakak merasa keberatan diikuti oleh adiknya. Ini akan berdampak pada hubungan persaudaraan mereka. Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk bisa mengidentifikasi hal ini agar tidak terbawa hingga mereka dewasa.

"Kita kan tidak tahu kalau misalnya rasa tidak suka si kakak jadi terbawa terus sejak kecil hingga besar. Apalagi jika sampai tidak bisa menjelaskan kalau ditanya kenapa tidak suka sama adiknya. Itu kan bisa membuat hubungan mereka jadi kurang harmonis," urai Kiki

Tidak hanya berdampak pada si kakak. Adik yang ditolak oleh sang kakak juga akan merasa tidak nyaman, sensitif dan tidak percaya kepada orang-orang yang mungkin nantinya ia temui memiliki kesamaan dengan sang kakak.

Jika memang orang tua melihat si kakak tidak senang selalu diikuti oleh adiknya, orang tua bisa memberi stimulasi kepada si adik untuk melihat hal baik lainnya yang bisa ditiru.

"Beri kegiatan-kegiatan positif lain pada si adik agar dia punya teman-teman baru lagi. Jadi tidak hanya kakaknya di rumah yang ia lihat dan tiru. Kalau anak punya banyak hal ia lihat, juga akan membuatnya jadi individu yang lebih berwarna," pungkas Kiki

Rosalina Widya Wati - Kakak  Ikut Beri Pengertian

Ibu tiga anak ini kadang dibuat pusing dengan tingkah laku anak-anaknya yang sedang mengikuti anak sulungnya. Namun ia memiliki cara jitu mengatasi hal ini.

Wanita yang akrab disapa Widya ini bercerita jika ketiga anaknya lahir dengan jarak yang berdekatan, si sulung Fauzan Achmad Eka Pratama, kini berusia 11 tahun. Selang hampir dua tahun kemudian, Widya melahirkan Gufran Hafidz Dwitama dan si bungsu Ichsan Raditya Tritama juga lahir dua tahun kemudian.

Istri dari Agus Eka Satria ini mengatakan jika masing-masing buah hatinya memang memiliki karakter yang berbeda. 

Si sulung, Fauzan, terbiasa untuk meminta ganti barang-barangnya jika sudah benar-benar rusak. Seperti yang baru terjadi, Fauzan minta dibelikan sepatu baru untuk menggantikan sepatunya yang sudah rusak.

Melihat sang kakak dibelikan sepatu baru, adik-adiknya pun ribut ingin dibelikan sepatu yang baru juga. Padahal baru saja mereka dibelikan sepatu.

"Si Hafidz merengek sama bapaknya minta dibelikan juga, akhirnya dibelikan, tapi yang bungsu masih bisa diberi pengertian dan minta dibelikan sepatunya nanti saja pas dia ulang tahun," kata Widya.

Sebenarnya, lanjut Widya hal ini tidak masalah jika mereka hanya mengajak pergi si sulung. Tapi jika pergi beramai-ramai justru anak-anaknya yang lain ingin dibelikan juga.

Widya dan sang suami pun turut memberi pengertian pada anak-anaknya jika mereka ingin sesuatu akan diberi tapi menunggu sampai orang tuanya gajian.

"Mungkin karena jarak usia mereka tidak begitu jauh, jadi ikutan pengin kalau kakaknya punya sesuatu, kakaknya sih nggak kesal diikuti adiknya seperti itu. Justru dia ikut memberi pengertian kepada adik-adiknya," tambah Widya.

Peristiwa lain yang terjadi ketika sang kakak tengah belajar dengan ayah, adik-adik ikut nimbrung dan ingin belajar bersama. Bukannya menyenangkan justru hal ini membuat Fauzan tidak konsentrasi lagi.

"Kalau seperti itu biasanya saya ajak adik-adiknya ke kamar untuk lakukan kegiatannya masing-masing atau ya belajar juga karena kan saat itu juga mereka sama-sama sedang musim ulangan," tutup Widya

Sumber : Wanita Indonesia 1298 hal: 34



 
Index Berita
 
 


© 2025 YPPI.All rights reserved. Design by ideweb,Developer