Berfikir Kritis dan Tidak Mudah Terpengaruh
Adib Setiawan, M.Psi - 2015-12-14 19:01:52
Tanya :
"Pak Adib, yang saya tahu, berpikir kritis adalah sebuah kemampuan yang harus dibentuk sedari dini. Bagaimana melatih diri agar menjadi seseorang yang kritis tentunya agar bisa membaca kebenaran dan tidak mudah terbawa arus?"
Acep, Garut
JAWAB :
Pertanyaan yang bagus Pak Acep. Memang sebagai manusia tentunya berpikir merupakan hal yang penting. Seseorang telah dikarunia oleh Tuhan pikiran supaya bisa berpikir kritis terhadap kejadian yang ada di lingkungannya. Manusia memiliki berbagai aspek perkembangan psikologi mulai dari aspek kognitif, emosi, dan psikososial. Aspek kognitif mencakup kemampuan analisa, kemampuan konseptual, kemampuan berhitung, logika berpikir, dan berpikir kritis. Aspek emosi mencakup kondisi batin seseorang mulai dari perasaan senang, bahagia, mengerti orang lain, marah, rasa kasih sayang, kesal, tenang, dan perasaaan lainnya. Sementara aspek psikososial merupakan bagaimana situasi seseorang menanggapi adanya situasi sosial yang berbeda-beda. Misalnya bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Manusia belajar dari meniru, sebagaimana teori dari Albert Bandura (1925), bahwa manusia belajar melalui modeling lingkungannya. Albert Bandura membuat suatu percobaan di mana seorang anak diperlihatkan film kekerasan kemudian setelah melihat itu diberikan boneka dan akhirnya seorang anak mempraktekkan kekerasan terhadap boneka.
Sementara dalam kelompok kontrol seseorang anak yang tidak diperlihatkan film kekerasan, maka dia keluar ruangan setelah melihat film tidak merusak boneka yang ada. Penelitian ini menunjukkan bahwa meniru begitu besar pengaruhnya terhadap perkembangan seseorang. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari, seseorang anak yang sering bermain game kekerasan atau film superhero maka dia juga akan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu penting sekali bagi anak-anak untuk meniru kegiatan yang positif yang ada di lingkungannya yang tidak mengandung unsur kekerasan. Para orang tua sebaiknya kritis terhadap tontonan anak-anak apakah ada unsur kekerasan atau tidak. Jika ada unsur kekerasan sebaiknya dihindari.
Sikap kritis sebaiknya selalu ditanamkan oleh orang tua sejak dini. Pada usia 2 tahun anak mulai banyak mengucapkan kata yang ada di sekelilingnya. Di sinilah anak mulai diajarkan bagaimana berpikir kritis. Contoh anak mengenal mana makanan, minuman, mainan, atau binatang yang ada di sekelilingnya. Dengan anak berpikir kritis, maka anak tahu mana makanan dan mana mainan. Jangan sampai pada usia dini anak memasukkan mainan ke dalam mulut. Pada usia ini anak sudah mulai berlatih berpikir kritis.Ternnasuk juga kenapa anak perlu berperilaku sesuai pada tempatnya, misalnya kenapa anak pipis di toilet. Anak perlu dikenalkan jika pipis di tempat lain, maka pipis mengeluarkan bau tidak sedap. Oleh sebab itu pipis di toilet.
Anak mulai terbiasa berpikir kritis sejak dini. Kebiasaan cuci tangan, gosok gigi, dan mandi juga dibiasakan supaya tidak terkena kuman. Anak mulai dilatih kebiasaan-kebiasaan sehari-hari berpengaruh terhadap kesehatan. Termasuk juga anak dilatih supaya mau makan sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin.
Pada usia 4 tahun kosakata anak semakin banyak. Anak mulai mengenal bentukbentuk, warna, dan simbol-simbol huruf dan angka. Pada usia ini anak didengarkan saja apa yang dikatakan olehnya. Pada usia ini anak akan berpikir kritis sesuai dengan tingkat pemahamannya. Sebagai contoh seorang anak siswa TK A yang diminta membawa KK (kartu keluarga) oleh gurunya. Kemudian dia menjawab, "Saya tidak punya kaka, punyanya adik".
Ketika bermain di playground, misalnya bermain prosotan. Ada anak yang naik prosotan tidak pada tempatnya, yaitu naik tidak melalui tangga, kemudian dia protes. Maka ini bentuk berpikir kritis. Orang dewasa bisa mengingatkan anak yang lain supaya bermain sesuai aturan yang ada. Pertanyaan kritis anak juga bisa dikembangkan melalui kegiatan berkomunikasi dengannya.
Pada usia sekolah anak-anak sudah bisa membaca, berhitung, dan menjawab pertanyaan sederhana dari cerita singkat yang diberikan padanya. Berpikir kritis sangat penting pada usia sekolah ini. Seseorang anak yang memiliki kemampuan berpikir yang memadai memungkinkan anak tampil percaya diri. Anak-anak ini juga akan lebih mampu berprestasi di sekolah dan memungkinkan mampu mengembangkan diri.
Menurut Erikson (1902 — 1994), pada masa ini anak akan menjadi anak yang mandiri menghasilkan karya (industry) atau menjadi anak yang kurang percaya diri (inferiority). Oleh sebab itu pada usia sekolah penting sekali anak lebih kritis dan terus mengembangkan potensi intelektual yang dimilikinya. Pengembangan minat dan bakat seperti olahraga, seni dan musik juga bisa dikembangkan sehingga anak bisa lebih memiliki karya yang membuatnya memiliki harga diri.
Harga diri seorang anak (self esteem) akan meningkat ketika anak memiliki hal-hal yang bisa dibanggakan baik berupa kemampuan berfikir kritis, keahlian dibidang akademik, olahraga, seni atau musik.
Pada usia sekolah kelas tinggi seperti usia kelas 4 sampai kelas 6 SD, kemampuan daya kritis anak semakin berkembang. Kemampuan berpikir anak mulai bisa berpikir secara abstrak. Jika di kelas rendah (kelas 1 — 3 SD) anak-anak lebih banyak belajar yang sifatnya kongret, maka pada usia kelas tinggi anak mulai berpikir yang kompleks. Pengetahuan anak terus berkembang. Seorang anak bisa berlatih berpikir kritis mulai dari materi-materi yang ada di buku pelajaran. Misalnya anak menilai kenapa di bawah pohon terasa dingin, kenapa terjadi hujan, kenapa dalam pertandingan ada aturan, ada yang kalah dan ada yang menang.
Pada usia SD tetap dibutuhkan komunikasi yang efektif dengan orang tua. Semakin orang tua meluangkan waktu untuk anak, maka anak akan semakin kritis. Yang terpenting anak jangan terlalu dilarang namun juga jangan terlalu dibebaskan. Supaya anak mampu berkembang secara kritis maka intelektualnya perlu diisi oleh pengetahuan. Jangan sampai anak terlalu banyak nonton televisi dan bermain game. Karena semakin banyak game atau nonton film superhero maka pengetahuan anak kurang berkembang dan daya kritis anak semakin tumpul. Hal-hal yang sifatnya adiksi seperti game akan membuat kemampuan berpikir anak berkembang kurang maksimal.
Pada usia remaja kemampuan berpikir anak terus berkembang. Anak-anak usia remaja mulai mengidentifikasi dirinya di luar orang tua. Dia mulai mengidentifikasi diri dengan tokoh idola atau orang-orang yang dia anggap sebagai public figure, misalnya artis. Pada usia remaja anak mulai bisa berpikir secara lebih tajam. Wawasan atau pengetahuan umumnya juga meningkat. Yang terpenting dari usia ini adalah bagaimana perkembangan berpikir kritis lebih berkembang dari pada perkembangan pubertas.
Jika seorang anak remaja lebih berkembang dalam pubertas maka membuat anak pengetahuan umumnya kurang maksimal. Sebaliknya jika remaja lebih mengembangkan kemampuan berpikir kritis, maka membuat dia memiliki pengetahuan terus berkembang. Berpikir kritis juga membuat anak tidak terpengaruh oleh pergaulan lingkungan sekitarnya. Seringkali anak-anak remaja lebih mendengarkan temannya dari pada orang tua. Oleh sebab itu, pergaulan remaja penting untuk nnemilih teman. Cobalah pilih teman dekat yang suka belajar dan memiliki pemikiran kritis ketika berada di kelas. Mereka yang sering berpikir kritis biasanya ketrampilan yang dimilikinya terus berkembang. Jika is merasa tidak menguasai suatu masalah, maka dia akan berusaha belajar sehingga rasa ingin tahunya membuat pengetahuannya terus meningkat.
Pada usia remaja seseorang mudah terpengaruh oleh pergaulan buruk. Baru-baru ini misalnya adanya suporter sepak bola dari satu tempat melempar batu suporter sepak bola dari kota lainnya. Seseorang yang melem par batu beramai-ramai tanpa disadari prilakunya dianggap benar sehingga prilaku tersebut ditiru oleh orang lain di kelompoknya. Belum lagi perkelahian pelajar terjadi karena pelaku perkelahian tidak memiliki sikap kritis terhadap suatu persoalan.
Orang-orang yang kritis akan berpikir lebih melakukan hal-hal yang sifatnya positif misalnya tergabung dalam organisasi sosial, ikut bakti sosial, dan terus belajar dari orang-orang ahli yang ada di sekelilingnya. Perkelahian antar kampung kadangkala juga terjadi karena pelaku tidak berpikir kritis sehingga dia lebih mengedepankan emosi misalnya termakan hasutan yang belum tentu benar dan meniru kelompoknya. Oleh sebab itu seseorang yang kritis akan tidak mudah terhasut dan bisa berpikir berdasarkan akal sehat. Oleh sebab itu penting bagi seseorang untuk mampu berpikir sebelum bertindak.
Tips :
1. Latih berpikir kritis pada anak sejak dini, yaitu dengan cara melatih kemampuan bahasa anak.
2. Dengarkan anak sejak dini dan jangan terlalu menyalahkan anak ketika anak akan berbicara. Cobalah dengarkan apa yang ingin dikatakan anak.
3. Latih anak usia sekolah dasar untuk memiliki sesuatu yang dibanggakan baik di bidang akademik misalnya matematika, IPA, atau bidang seni, olahraga atau musik.
4. Latih anak supaya mengejar prestasi belajar sehingga dia lebih mengembangkan keterampilan berpikir kritis, daripada perkembangan yang sifatnya pubertas.
5. Bangkitkan cita-cita anak supaya mau mengejar apa yang dicita-citakan dengan usaha nyata. Tetapkan langkah mewujudkan usaha nyata dengan berpikir kritis.
6. Anak usia sekolah sebaiknya jangan bermain game atau banyak menonton film superhero, karena berdampak anak kurang kritis dan kemampuan berpikirnya menjadi tidak berkembang.
Bahkan potensi kecerdasannya tidak terisi oleh pengetahuan sehingga prestasi menurun.
7. Terbiasa dengan adanya aturan sejak dini karena membuat anak selalu berpegang pada aturan. Walaupun berpikir kritis tetapi tetap bertanggung jawab.
8. Memilih teman yang berprestasi di sekolah dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar.
9. Berusaha berpikir sebelum bertindak.
10. Tidak mudah percaya dan jangan mengikuti arus. Segala sesuatu perlu dipertanyakan kemudian diuji dengan logika yang relevan dan berdasarkan bukti nyata.
Kesimpulan :
Berpikir kritis merupakan hal yang dibutuhkan supaya tidak terpengaruh oleh pergaulan yang buruk. Cobalah untuk berpikir sebelum bertindak dan berusaha kritis terhadap suatu yang dihadapi, misalnya mendasarkan diri pada sebuah keputusan berdasarkan fakta dan data.
ESQ LIFE | edisi 3 tahun 3 november 2015